MENJARING PEMIMPIN MASA DEPAN


Sebagai organisasi yang terstruktur, IPNU telah menetapkan garis kebijakan organisasi yang berorientasi pada human investmen, pemberdayaan kader jangka panjang. Dan pada periode IPNU masa khidmat 1996-2000, merupakan periode peletakan kerangka infrastruktur yang kuat dalam membangun organisasi yang kokoh, berakar pada nilai-nilai tradisi, tetapi tidak gagap bersaing di tengah modernisasi.
Pada saat ini terdapat proses perubahan mendasar dalam sistem kenegaraan kita, yang sangat mempengaruhi strategi perjuangan organisasi. Tuntutan demokratisasi dan wacana keterbukaan yang begitu dahsyat telah mampu menumbangkan kekuasaan negara totaliter, melalui gerakan reformasi.
Di sisi lain, di saat Nahdlatul Ulama berusaha memapankan posisinya sebagai motor penggerak terciptanya civil society yang kokoh, tiba-tiba Gus Dur, Bapak sekaligus Guru Besar NU terpilih menjadi presiden RI yang keempat. Mau tidak mau, NU harus melakukan reposisi, dan redefinisi dalam rangka memnetukan strategi keberperanannya dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks upaya reposisi, dan juga regenerasi, maka dalam pelatihan kader muda IPNU ini menemukan momentumnya dalam rangka menjaring pemimpin-pemimpin masa depan, terkhusus di lingkungan Nahdlatul Ulama.
IPNU jika diibaratkan sebagai perahu yang lengkap nakhodahnya dan menunggu waktu untuk berlayar, permasalahannya sekarang adalah, bagaimana kesiapan para penumpang (baca: massa IPNU) untuk berlayar bersama-sama. Sudahkah mental kader-kader kita tertata rapi untuk menaiki kapal yang bagi mereka terkesan baru sehingga dapat berlayar bersama mengarungi samudera dengan suasana kondusif dan mengasyikkan. Atau justru karena ketidaksiapannya untuk berlayar (atau lebih tepatnya belum siapnya), mereka malah nyerimpungi dan menyebabkan kapal ini karam.
Atau justru mereka telah sangat siap dengan keluguannya, karena mereka biasa berlayar untuk menuai ikan dilaut, sementara nahkodanya tidak terlatih mengemudikan perahu, sehingga tidak akan pernah sampai di pelabuhan.
Ada sebuah kehidupan masyarakat yang mandiri terhadap negara. Mereka juga punya komitmen untuk tetap terikat pada norma-norma yang telah disepakati bersama. Kemandirian itu terjadi lantaran kehidupan ekonomi mereka telah bisa dilaksanakan secara swasembada. Bukan Cuma itu. Nilai-nilai keswadayaan serta kesukarelaan telah menjadi ”gaya hidup” mereka.
Gambaran diatas merupakan type ideal dari masyarakat kewargaan (sipil), atau yang disebut civil cosiety. Sebuah cita-cita yang masih jauh bila dihubungkan dengan realitas bangsa kita. Namun gerakan-gerakan untuk mencapai ke arah itu, kini telah dilakukan oleh berbagai pihak. Dan Gus dur merupakan salah satu pentolannya.

0 komentar:

 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 Welcome |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.